Senin, 18 April 2011

Menyutradarai Sutradara

Menyutradarai Sutradara

Menjadi sutradara, tentu profesi yang menggiurkan. Ada gengsi kreatif di dalamnya. Namun, apa hanya sekadar itu? Tentu tidak! Seorang dengan predikat sutradara, paling tidak ada beban kerja yang cukup kompleks, sebagai tanggung jawabnya. Ia bukan sekadar mempunyai kapasitas kreatif. Kemampuan untuk mengorganisir orang, ketrampilan teknis dan bekal pengetahuan, paling tidak menjadi bekalnya.


Saat ini, dengan terjadinya lompatan teknologi, membuat film รข€“konon katanya- menjadi lebih mudah. Dan, katanya lagi, membuat film itu gampang ! Siapapun bisa punya film. Siapa saja ber-hak menyandang predikat sutradara. Tetapi, apa hanya semudah ini. Barangkali akan menjadi mudah, dengan sejumlah prasarat, tentunya.

Jika ingin menjadi sutradara, setidaknya ada beberapa hal yang patut diketahui. Bahwa membuat film itu ada proses, ada fasenya-fase tahapan yang akan dilewati. Ada tiga tahapan besar, ketika kita ingin membuat film. Yakni, pra produksi (ide-cerita, mencari-mengumpulkan uang, riset, penulisan script, mencari pemain, penentuan alat), produksi (shooting di lapangan itu sendiri) dan paska produksi (editing, mixing, distribusi). Tahapan, yang punya beban kerja, yang berprogres untuk menjadi satu film.

Ide-cerita, seorang sutradara harus tahu seperti ide apa yang akan dijadikan film. Ide bisa datang darimanapun. Kita melihat peristiwa di jalan, pengalaman orang lain, bisa juga dari kecemasan-ketakutan kita, buku, media massa atau yang lain. Dari mana pun, atau dalam kondisi apapun, ide itu bisa muncul dan ditemukan. Namun, bagaimana ide itu di tangan sutradaranya bisa menjadi film?

Riset
Untuk mematangkan, dan menemukan segenap alasan dari kenapa ide itu layak dibuat film, tentu harus dilakukan riset. Riset menjadi penting. Bagi sutradara, dan penulis skenario riset akan menjadi bahan dasar dari penulisan script yang masuk akal, kuat, serta menjadi elemen kalkulasi teknis lainnya.

Ada dua tahapan riset yang seringkali dilakukan sebelum film diproduksi. Yakni, riset yang dibutuhkan untuk bisa menulis cerita, menulis script. Dan, riset kembali setelah script itu selesai. Biasanya, riset untuk kebutuhan penulisan scenario lebih berkaitan dengan kapasitas kreatif, berimajinasi dan bercerita. Sutradara, atau penulis scenario membutuhkan proses ini. Dengan duduk bersama, melakukan diskusi, serta mencoba membuka segenap peluang kreatif menjadi mutlak untuk dikerjakan.

Ada begitu banyak cara riset yang dilakukan, untuk bisa memenuhi kebutuhan penulisan skenario. Riset ini akan meliputi, misalnya, riset persoalan-konflik yang relevan dengan ide cerita yang diangkat, karakter-karakter yang terlibat dalam ide besar cerita. Tentu, panggung dramaturgi itu identik dengan konflik dan krisis dari karakter-karakter yang terlibat di dalamnya. Kebayakan orang akan terpesona dengan kisah kisah seputar kehilangan, kematian, cinta, keluarga serta segenap persoalan kemanusian lainnya.

Kenapa riset ini menjadi penting ? Lantaran, menjadi amunisi kita untuk bisa bercerita, bertutur lewat karakter yang kita punyai. Dari hasil riset ini maka, kita akan mengetahui, bagaimana kita bisa memainkan tangga drama dalam film. Bahwa tidak semua film itu mempunyai aspek bercerita yang datar. Ia butuh kemampuan bercerita yang mengaduk perasaan penonton, membuat penasaran, ataupun merasa terwakili dalam film.

Setelah kita merasakan, bahwa kita mempunyai cukup dengan cerita tertulis, maka langkah selanjutnya adalah mencoba melakukan riset visual. Pada tahapan riset visual ini yang sering dilakukan adalah mencoba mengkalkulasi segenap persoalan teknis. Misalnya, kita mencari lokasi yang paling tepat, untuk membangun cerita itu. Pencarian ini, sudah tertu dilatarbelakangi oleh motivasi dan pertimbangan artistic teknis. Pada satu sisi kita menemukan tempat yang artistik. Namun pada akhirnya juga harus kembali berkompromi dengan kemampuan teknis dan kemampuan pendanaan. Sekali lagi, sebuah produksi film senantiasa ada keterbatasannya.

Tuntutan riset pada tahap lanjutan adalah, mencoba menghitung kemungkinan kemungkinan hambatan teknis yang barangkali, akan muncul.

(Diambil dari www.trimarsantofilms.com)

0 komentar:

Posting Komentar

Alexa rank

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Powerade Coupons